Sunday, March 26, 2017

Asakusa





Aroma udara pedas
tercampur berkat dari sisa sisa dupa
mengepul tipis tipis 
belum sempat disyukuri  lekas sudah terbakar habis 

Pagi sembunyi
terlipat rapi
di antara kelopak mata
para biksu tanpa strata
dari dalam lonceng tua
Buddha mulai bercerita

Aroma udara memanis
Kedai kedai kudapan 
Mulai menjajakan doa dan nafsu  
Pagi angkat kaki
Umat yang taat semakin menepi

di setiap kedai kudapan 
Nafsu duniawi lebih laku dari pada doa 
dari mulut yang luput panjatkan sutra 
Buddha diam tanpa tahta
 
-Teruntuk pagi bisu di Asakusa. Tanpa doa umat mu dan nafsu duniawi para tamu jauh yang lupa diri, saya rindu sekali-