Wednesday, August 23, 2017

Dari Pojok Timur Stasiun Beppu





Ada pergantian musim,

sedari melintasi empat persimpangan

yang dimana laju waktu

tertahan

oleh lampu merah di musim gugur.

 

Kita menunggu di pojok timur,

sehabis membuang muka dari rutinitas

jauh di luar pintu sebelah barat stasiun

 

Kau bertanya,
 
"kenapa kita tidak naik kereta saja?"

Aku mulai ragu

sepertinya kau terburu buru,

lebih dari turis yang sejak tadi

lalu lalang

sibuk mencari ke arah mana jalan pulang

 

jujur saja aku tidak ingin buru buru.

Dan stasiun ini memang bukan

untuk penumpang yang tergesa gesa.

 

Aku minta kau bercerita lebih banyak lagi

tentang apa saja

bukan lagi tentangmu pun tak apa juga

asal bukan tentang jadwal keberangkatan kereta.

Namun kau sudah terlanjur diburu waktu,

stasiun ini bukan lagi ruang tunggumu.

 

Kau pun berlalu menuju entah

bersama sesak penumpang yang bergantian hilang

meninggalkan bangku tunggu kosong.

Seperti teduh siang bolong

yang hanya menyisakan terik, ketika hengkang sepanjang obon.

 

dan aku menunggu di pojok timur,

sendirian menenggak musim panas

yang kini tersisa kurang dari setengah gelas.
 
 

Tuesday, August 1, 2017

Epilog: Matogahama dan Bulan Juli



Di petang itu

laut pasang tak sabaran mengecup bibir pantai

Terlantar oleh angin asin yang berhembus tipis tipis,

seketika kepakan sayap camar memelan di atas langit.

di bawahnya berkumpul kerumunan janji akan pertemuan

ada yang bertemu diam diam

diam diam ada yang kebetulan dipertemukan.

Meski kebetulan, belum tentu menjanjikan.


Di lantunan musim panas itu

mengucur alunan dari pori pori sepasang telapak tangan
 
pada tiap tepukan

pada tiap hentakan

berusaha bertemu

pada satu tempo yang sama di penghujung tiap bait nya

"Yosa Kora sai! sai!"

"Yosa Kora sai! sai!"

"Aryasa! Aryasa!"

beberapa pasang telinga,

berusaha menerka makna.


Langit panggungnya

ketika setiap pandangan

terlempar jauh ke atas laut malam

di bawah nya

sepasang bola mata

masih mencoba memahami rangkaian kebetulan.

sembari mencuri curi kesempatan,

mengabadikan kesementaraan.